Author: Kenten Mushroom Farm
•13:58
POZNAN, SENIN - Pertemuan para pihak ke-14 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim dibuka secara resmi di Poznan, Polandia, Senin (1/12). Selama dua pekan, ribuan delegasi dari 190 negara membahas penanganan perubahan iklim di tengah suasana krisis global.

Pada pembukaannya, Sekretaris Jenderal Kerangka Kerja Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) Yvo de Boer kembali mengingatkan, dunia harus bergerak cepat menekan laju pemanasan global. Sejauh ini, sebanyak 37 negara maju diwajibkan mengurangi emisi karbonnya, hingga rata-rata 5 persen dari kondisi tahun 1990, pada tahun 2012.

Ketua Panel Ahli Antarnegara untuk Perubahan Iklim (IPCC) Rajendra Pachauri mengingatkan konsekuensi dari kegagalan menangani perubahan iklim. Kesimpulan ribuan ahli menyebutkan, sepertiga spesies di Bumi menghadapi kepunahan, bongkahan es di kutub akan meleleh dan menaikkan permukaan laut hingga hitungan meter, serta ancaman krisis air bersih di sejumlah negara.

"Itu bisa terjadi dalam beberapa dekade saja," kata Pachauri, seperti dilaporkan Kantor Berita Associated Press, kemarin.

Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah keberadaan proyek-proyek ”energi hijau” menurun drastis seiring krisis keuangan global, yang juga menghantam sektor perkreditan.

Komitmen Eropa

Meskipun seluruh dunia berkonsentrasi pada persoalan penanganan krisis di negaranya masing-masing, negara-negara di Eropa menyatakan komitmennya. ”Krisis finansial terjadi pada masa lalu dan juga pada masa datang, tetapi upaya kita di bidang lingkungan harus sepanjang masa,” kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.

Polandia akan mengambil alih posisi pimpinan negosiasi penanganan perubahan iklim sejak konferensi dibuka resmi. Pimpinan sebelumnya dipegang Indonesia, selaku tuan rumah COP ke-13 tahun 2007.

Posisi Polandia sulit. Pertumbuhan ekonominya bergantung pada batu bara, yang dikenal produk beremisi karbon tinggi.

Sebanyak 93 persen pembangkit energi di Polandia pun digerakkan batu bara. Sementara itu, Uni Eropa sepakat memotong emisi karbonnya hingga 20 persen tahun 2020.

Di tengah tarik-menarik kepentingan, harapan muncul dengan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat. Obama diyakini bisa mendorong pembicaraan penanganan perubahan iklim karena posisinya yang dikenal prolingkungan.

(Sumber : Kompas, Selasa 2 Desember 2008)
This entry was posted on 13:58 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: